Karyawan PT TYI Mengemis
"Kami terpaksa, tunggakan gaji belum dibayar sementara kami mesti makan," kata Aci (30), karyawan PT TYI yang telah bekerja selama 6 tahun itu. Meskipun sempat dibayarkan tunggakan gaji pada Rabu (9/5) lalu sebesar Rp 100.000,00. Namun, jumlah tersebut tidak dapat menutupi kebutuhan hidup.
Serupa dengan Aci, Nurbaya (35) dan Pujiawati (28) merasa lebih tercekik dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya Nurbaya harus membiayai sekolah 2 anaknya. Demikian pula Pujiawati (28) yang bersuamikan seorang kuli bangunan dan berputra berumur setahun, sangat kesulitan dengan kondisi yang dihadapinya. "Uang yang Rp 100.000,00 itu hanya cukup untuk beli susu anak. Kontrakan aja masih ngutang," ujar Pujiawati yang harus membayar kontrakan Rp 300.000,00 per bulan.
Meminta-minta di jalanan menjadi pilihan terakhir bagi mereka, meskipun penghasilan yang mereka dapatkan tidak seperti yang diharapkan. "Uang hasilnya paling cukup buat makan bareng. Kalaupun ada sisa buat dibawa pulang paling Rp 5.000,00," ujar Nurbaya.
Aksi yang dimulai Selasa (22/5) itu hingga Kamis (24/5) berhasil menjaring sumbangan Rp 350.000,00. Jumlah 60 orang tersebut dibagi dalam 2 shift untuk menjaring sumbangan.
Selain gaji sekitar Rp 4,5 juta selama 6 bulan kerja belum dibayarkan, mereka juga kecewa dengan rekan-rekannya yang tidak mendukung aksi mereka. Menurut mereka, rekan-rekannya baru datang ke pabrik kalau ada pengumuman akan dibayarkan gaji. Bahkan, lebih dari 500 orang karyawan lainnya justru bekerja lagi di PT TYI dan PT Tirai Tapak Tiarag.
Berdasarkan pengamatan "PR" di lapangan, tidak seorang pun petugas keamanan yang menghalangi aksi mereka. Padahal mereka juga membuka tenda 24 jam di depan pabrik. Sementara itu, Wakil Direktur PT TYI, Niky Tjonandi tidak ada di tempat ketika "PR" hendak meminta konfirmasi mengenai tunggakan pembayaran gaji tersebut. "Pak Niky sedang dinas luar," kata salah seorang petugas keamanan. (A-153/Pikiran Rakyat)***
0 komentar:
Posting Komentar