Harapan Warga Bekasi Pada Bupati Baru
Sambil mengusap bulir-bulir keringat di tubuhnya, Minam (55), seorang petani di Kecamatan Sukatani, mengungkapkan bahwa jumlah petani di Kabupaten Bekasi sangat banyak. Ini membuat kedudukan petani di daerah ini menjadi salah satu penentu kemenangan kandidat bupati dan wakil bupati. ”Sekarang ini, ya jangan nganggap petani itu sepele. Pemimpin sekarang harus serius sama janji-janjinya,” kata dia saat ditemui di pematang sawah garapannya, Kamis (17/5).
Yang diharapkan petani, kata Minam, antara lain peningkatan kemampuan dalam mengelola usaha. Hal ini untuk meringkankan mereka agar bisa saling bekerja sama mengurangi keterbatasan modal, informasi dan keterampilan. Selain itu, pemimpin daerah juga diminta menghentikan perizinan pengembangan kawasan perumahan dan industri agar lahan persawahan tidak punah.
”Kalau para petani pinter dan tidak dibohongi, ya bisa maju dan pendapatan bisa meningkat,” kata Minam. ”Kita juga minta supaya pemerintah itu jangan main gusur lahan pertanian begitu saja,” tambah dia seraya menjelaskan, di desanya kini tinggal sedikit saja lahan untuk pertanian. Padahal 10 tahun lalu, di sana merupakan sentra pertanian.
Nurjamat (45), seorang tukang ojek di Desa Sriamur, Kecamatan Tambun, mengingatkan, pemimpin sekarang dan masa depan jangan lagi cuma mengumbar janji gombal. Maksudnya, setelah pasangan Sa’duddin-Darip Mulayana dilantik menjadi pemimpin supaya tidak lupa dengan kontrak politik dengan wong cilik yang telah memilihnya.
”Janjinya untuk ningkatin taraf hidup masyarakat dan sumber daya. Selain itu, juga janji untuk menyediakan lapangan kerja dan anak-anak bisa sekolah,” kata ayah tiga orang anak itu sambil memegang secarik selebaran yang isinya janji-janji semasa bupati dan wakil bupati terpilih ketika kampanye di Tambun.
Termiskin keenam
Nur Hidayah, guru honorer di sekolah negeri Cikarang Pusat mengungkapkan, guru tidak tetap seperti dirinya selama ini mencoba bertahan hidup dengan suatu kegiatan di luar mengajar. Misalnya, merangkap sebagai tukang ojek dan jualan nasi uduk. Ini, kata dia, merupakan realitas yang terjadi. ”Gimana guru bisa fokus menjadi pendidik yang di satu sisi mengajar anak, sisi lain nyari tambahan demi tetap beradanya ekonomi keluarga,” kata dia.
Nur berharap pemimpin Bekasi sekarang juga memberikan perhatian kepada guru berstatus honorer untuk mendapatkan hak seperti guru lainnya.
Sementara Rahimah (40), janda warga Kampung Kebalen, Desa Kebalen Kecamatan Babelan, penderita penyakit kaki gajah (filariasis), janda yang tinggal di rumah berukuran sekitar 6 x 7 meter, mengharapkan pemerintah daerah memerhatikan kesehatan masyarakat kecil dan di permukimannya.
Terkait kasus penyakit kaki gajah, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi juga berharap agar pemerintah daerah ikut mendorong pengobatan penyakit itu dilakukan sekaligus secara nasional. ”Nanti bisa menjadi Pekan Filariasis Nasional, kalau selama ini kan sudah ada Pekan Imunisasi Nasional,” kata Kepala Bidang Penanganan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Erwan Hidayat.
Persoalan yang dikemukakan beberapa sumber dari kalangan kecil itu, sudah ditangkap Gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan. Ketika melantik bupati dan wakil bupati, pada Senin (14/5) lalu, Danny meminta agar pengangguran dan kemiskinan menjadi prioritas pembangunan.
Berdasarkan hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 34,23 persen keluarga di kabupaten ini masih tergolong keluarga miskin, dengan kategori keluarga sejahtera (KS) 1 dan prakeluarga sejahtera. Artinya, kata Gubernur Danny Setiawan, Kabupaten Bekasi kini masih peringkat keenam untuk kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah keluarga miskin terbanyak.
"Bupati dan Wakil Bupati Bekasi yang baru ini, harus memprioritaskan penanganan kemiskinan dengan pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengangguran. Caranya dengan memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat," kata Danny. (JU-09/Pikiran Rakyat/Photo by PKS)***
0 komentar:
Posting Komentar