07 Juli 2007

Evakuasi Yayasan Galuh

Proses evakuasi 235 orang gila dari Yayasan Galuh, Margahayu, Bekasi, berlangsung unik sekaligus mengharukan. Mereka pindah karena lahan dipakai perluasan PLN. Ratusan orang gila ini, dievakuasi menggunakan truk bak terbuka yang terisi penuh. Sebagian di antaranya harus dirantai karena masih 'galak'. Sebagian yang lain tanpa mengenakan baju atau berceloteh macam-macam. "Kita mau ke mana, bang? Piknik ya?" celoteh seorang pasien.

Sejumlah pengunjung, di antaranya wartawan, mengaku terharu. Mereka tak sampai hati karena evakuasi sangat seadanya, bahkan menggunakan truk bak terbuka. "Kami tak tega karena banyak di antaranya tanpa keluarga," kata Anes, wartawan Pelita.
Puluhan wartawan yang tegabung dalam Pokja Wartawan Bekasi ikut membantu proses evakuasi dengan membimbingnya ke truk. Kebetulan, saat itu juga wartawan tengah memberikan bantuan berupa beras, minyak goreng dan pakaian layak pakai.


"Ini murni kepedulian dari wartawan, tanpa minta ke mana-mana. Jadi maaf jika hanya sedikit," kata Denny Hendrawan, koordinator aksi.
Lokasi yang berjarak sekitar 3 kilometer tampaknya tak banyak kendala. Sebelumnya, ada kekhawatiran jika ada pasien yang lepas atau berlaku aneh.

LAHAN PENGGANTI
Pindahnya yayasan yang selalu dipakai Pemkot Bekasi usai penertiban gelandangan karena lokasi yang baru digunakan perluasan gardu PLN. "Kita diberi lahan pengganti oleh PLN di Sepatan, Sepanjangjaya," kata Suhartono, satu pengurus Yayasan Galuh.

Lokasi yang baru lebih luas sehingga diharapkan penanganan pasien juga lebih manusiawi. Sehingga, proses sembuhnya pun diharapkan bisa lebih cepat.

Galuh adalam satu-satunya panti orang gila di Kota Bekasi. Karena Pemkot tak memiliki panti serupa, maka panti inilah satu-satunya tujuan jika ada penertiban orang gila.

Dari jumlah pasien tersebut, sebanyak 52 pasien tanpa keluarga dan 50 orang tanggungan yayasan. Sebagai gambaran, setiap hari pengelola harus menyediakan 1,5 kwintal beras untuk dimasak. Maka, jika ada harga sembako atau beras naik, yayasan akan kelimpungan.

"Pernah kita harus jual kuda karena tak mampu beli beras," kata Gendu Mulatif, pendiri Galuh. "Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli kepada mereka?" katanya.




1 komentar:

ratnairma mengatakan...

Pagi ini, Selasa, 27 Januari 2009, di Trans TV ada tayangan tentang Yayasan Galuh. Mohon kalau ada, nomer-rekening dari Yayasan tersebut, sehingga dapat disosialisasikan.

Terimakasih
Ratna Irma
ratnairma@yahoo.com