12 Juni 2007

Nasib Tari Topeng Bekasi

Sejumlah seniman yang tergabung dalam grup-grup kesenian tradisional Tari Topeng di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, kini mengeluhkan sepinya undangan tampil dalam acara perkawinan, khitanan, atau kaulan (nadar), yang biasa dilakukan warga Bekasi.

Kondisi ini terutama disebabkan berubahnya selera masyarakat yang lebih suka nanggap orkes musik atau organ tunggal yang menyajikan lagu-lagu dangdut.

Nemon (40), yang memimpin Grup Topeng Sumber Harta di Desa Cijengkol, Kecamatan Setu, menuturkan, saat ini grupnya lebih banyak menganggur.

"Kalau ada warga yang punya hajatan kawinan, mereka lebih suka nanggap orkes dangdut. Alasannya, lebih meriah dan sawerannya banyak karena warga yang datang juga banyak," katanya.

Persaingan antara grup Tari Topeng dan orkes dangdut mulai dirasakan sejak tahun 2000. Sebelumnya, sejak krisis tahun 1997-1998, permintaan tanggapan diakui mulai turun.

"Waktu itu masih ada lima kali sebulan. Tapi sekarang, sekali sebulan saja sudah syukur," kata Nemon.

Nemon mengaku tidak berkutik menghadapi persaingan keras dari grup-grup dangdut dan organ tunggal yang mewakili budaya pop merambah ke desa-desa.

Sekarang ini, untuk membayar pemain saja Nemon mengaku harus menjual kambingnya. Sepinya tanggapan membuat persaingan di antara grup-grup tari topeng semakin ketat. Sebab, di Kecamatan Setu saja ada sekitar 10 grup. Setiap grup terdiri dari sembilan orang atau lebih yang dibayar Rp 25.000- Rp 60.000 setiap kali tampil. Atau, biaya tanggapan berkisar antara Rp 1,5 juta-Rp 2,5 juta.

ARIM (60), yang memimpin grup Sari Mekar di Desa Burangkeng, dengan pahit menyatakan terpaksa beralih profesi karena tari topeng tak lagi mampu menjadi gantungan hidup. Seniman yang menggeluti tari topeng sejak 1970-an itu sudah memodifikasi tariannya dengan jaipongan, tetapi tetap saja kalah bersaing. Akhirnya, ia kini merintis usaha penyewaan perlengkapan hajatan seperti tenda, kursi dan peralatan makan.

"Saya juga menawarkan satu paket dengan Tari Topeng, tapi jarang lakunya. Sekarang, paling tampil dua kali sebulan," kata Arim sambil tertawa.

Tarian Topeng merupakan kesenian Bekasi yang biasanya dimainkan untuk memeriahkan acara perkawinan, khitanan, dan kaulan. Dalam gelarannya, tari topeng dilengkapi juga drama komedi atau lawak tentang kehidupan masyarakat kecil di Bekasi.

Tarian Topeng diiringi musik yang terdiri dari lima jenis alat musik yaitu kendang, rebab, gong, kenong tiga, dan kecrek. Namun, dewasa ini, iringan musik topeng bertambah dengan alat musik lain seperti salendro, saron, bende, dan terompet, sebagai akibat dari pengaruh budaya Betawi dan Sunda.

Pemerhati kesenian tradisional Bekasi, Anwar Marzuki, meminta pemerintah setempat membina seniman tradisional agar mereka tetap jadi aset daerah. Salah satunya dengan menyediakan lokasi untuk tampil secara bergantian. (Kompas Online)

0 komentar: